KEPEMIMPINAN
1. Teori
dan Arti Penting Kepemimpinan
Teori-teori tentang kepemimpinan
dapat dikelompokkan dalam tiga pendekatan, yakni : pendekatan sifat, pendekatan
perilaku, dan pendekatan situasional (Lunenburg & Ornstein,1991:129-153,
Handoko, 2001:295; Gomes-Mejia & Balkin, 2002: 290-312 2002, Wirjana &
Supardo, 2005:13).
Pendekatan sifat memusatkan
perhatian pada para pemimpin itu sendiri atau dikenal dengan teori pembawaan.
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya. Ghiseli
(1971) seperti yang dikutip oleh Handoko (2001:297) mengemukakan sifat-sifat
itu antara lain:
- Kemampuan sebagai sebagai pengawas.
- Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
- Kecerdasan.
- Ketegasan.
- Kepercayaan diri.
- Inisiatif.
Sedangkan Davis mengikhtisarkan 4
(empat) ciri/sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan
kepemimpinan organisasi, yaitu :
- Kecerdasan.
- Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial.
- Motivasi diri dan dorongan berprestasi.
- Sikap-sikap hubungan manusiawi.
Pendekatan kedua adalah pendekatan
perilaku. Dalam kenyataannya pendekatan kesifatan tidak dapat menjelaskan apa
yang menyebabkan kepemimpinan efektif. Pendekatan perilaku tidak lagi
berdasarkan pada sifat seorang pemimpin, akan tetapi mencoba untuk menentukan
apa yang dilakukan oleh pemimpin efektif, seperti bagaimana mereka
mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi bawahan,
bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas dan sebagainya. Aspek perilaku
kepemimpinan menekankan fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya.
Agar kelompok berjalan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama,
yaitu:
- Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task-related) atau pemecahan masalah.
- Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (Group-maintenance) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi, dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar – persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat dan sebagainya.
Pandangan kedua tentang perilaku
kepemimpinan adalah memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan
bawahan. Ada dua orientasi gaya kepemimpinan yakni gaya orientasi
tugas (task oriented) dan gaya orientasi karyawan (employe-oriented).
Seorang pemimpin yang gaya kepemimpinannya berorientasi pada tugas akan
berusaha bawahannya melaksanakan tugas yang sesuai dengan keinginannya.
Jadi pelaksanaan pekerjaan lebih penting dari pengembangan dan pertumbuhan
karyawan. Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada karyawan lebih melihat
karyawan secara manusiawi, sehingga mereka akan selalu
memberikan motivasi, melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan,
menciptakaN persahabatan dan saling menghormati.
Pendekatan yang ketiga tentang
kepemimpinan adalah pendekatan situasional. Banyak penelitian
mengindikasikan bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi
setiap manajer di bawah seluruh kondisi. Pengkajian tentang kepemimpinan
selanjutnya dialihkan pada situasi dan keyakinan bahwa para pemimpin dalam
kepemimpinannya terutama pada aktifitas pengambilan keputusan dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi tertentu.
Pendekatan situasional menekankan
bahwa gaya yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor seperti
situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan
lainnya. Misalnya menurut Stogdill et.al, (1956) sebagaimana dikemukakan
oleh Koontz, O’Donnel & Wehirich (1990:158-259) mengatakan bahwa
faktor-faktor situasi yang mempengaruhi seorang pemimpin adalah pekerjaan
yang sedang ditangani, lingkungan organisasi, dan karakteristik orang yang
mereka hadapi. Sedangkan Fiedler (1974) mengemukakan ada tiga dimensi
utama dalam situasi kepemimpinan yang mempengaruhi gaya pemimpin yang
efektif yakni:
- Kekuasaan posisi.
- Struktut tugas.
- Hubungan pemimpin-anggota.
Reksohadiprodjo & Handoko
(2001:289) mencatat bahwa penemuan Fiedler menunjukkan bahwa dalam situasi
yang sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan, tipe pemimpin
yang beorientasi pada tugas atau pekerjaan adalah sangat efektif. Akan
tetapi bila situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan hanya tipe
pemimpin hubungan manusiawi akan sangat efektif.
Teori lain tentang kepemimpinan
situasional adalah Teori Hersey-Blanchard. Menurut Siagian (2003:139) pada
intinya teori ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat
untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan (kedewasaan) pada
bawahan yang dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam teori
ini ialah perilaku seorang pimpinan yang berkaitan dengan tugas
kepemimpinannya dan hubungan atas-bawahan. Tergantung pada orientasi tugas
kepemimpinan dan sifat hubungan atasan dan bawahan yang digunakan, gaya kepemimpinan
yang timbul dapat mengambil empat bentuk, yaitu : memberitahukan, menjual,
mengajak bawahan berperan serta dan pendelegasian.
2. Tipologi
Kepemimpinan
Tipe-tipe Berdasarkan Sikap Pemimpin Terhadap Kekuasaan atau
Organisasi
Berdasarkan sikap pemimpin terhadap kekuasaan dan
organisasi, dikenal 5 tipe pemimpin, yaitu sebagai berikut:
- Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri, berusaha maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan mendorong perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
- Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, defensifda statis. Tipe ini biasanya terdapat pada middle management atau dimiliki oleh parapejabat yang sudah lanjut usia.
- Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan tercapainya tujuan, mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala permusuhan dan pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan daripada human relations.
- Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan perbaikan organisasi, terutama bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya, bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia mempertahankan kelompok dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak menyebelah.
- Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara keseluruhan dan misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.
Tipe-tipe Berdasarkan Kekuasaan
Dalam hubungannya dengan kekuasaan, tipe pemimpin dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan terutama pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi, bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan mengagungkan diri.
- Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis, ialah tipe pemimpin yang memandang manusia adalah manusia yang termulia, memimpin dengan persuasi dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut, mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan, memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut lebih sukses.
- Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah tipe pemimpin yang menghindari kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya bertindak sebagai perantara dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok, tidak berhasil memahami sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi yang diberikan dan melakukan pengendalian yang minimal.
Tipe-tipe Berdasarkan Orientasi Pemimpin
Tipe-tipe berdasarkan orientasi pemimpin, terdiri dari dua
golongan pemimpin, yaitu pemimpin yang berorientasi pada pengikut atau pegawai,
dan pemimpin yang berorientasi pada produksi.
Tipe-tipe Berdasarkan Cara Memotivasi
Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan
pemimpin yang positif. Pemimpin yang negatif, ialah tipe pemimpin yang
menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif, misalnya ancaman, hukuman
dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah pemimpin yang dalam
memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.
Tipe-tipe Berdasarkan Segi Landasan yang Dipergunakan Untuk
Mempengaruhi Pengikut
Dari segi landasan yang dipergunakan oleh pemimpin untuk
mempengaruhi pengikut, dapat diklasifikasikan pemimpin dalam 3 kategori sebagai
berikut:
- Pemimpin tradisional, berusaha mempengaruhi pengikutnya berdasarkan tradisi yang ada.
- Pemimpin yang kharismatik, mempergunakan kharismanya (kesaktian, kekuatan gaib)
- Pemimpin rasional, kadang-kadang disebut pemimpin birokratis oleh karena pemimpin tipe ini biasanya terdapat di dalam organisasi birokratis, mempergunakan rasio untuk mempengaruhi pengikutnya.
Tipe-tipe Pemimpin Berdasarkan Kepribadiannya
Tipe-tipe pemimpin berdasarkan kepribadiannya terdiri dari 6
macam sebagai berikut:
- Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan praktis.
- Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni dan individualitas.
- Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya untuk mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
- Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri.
- Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi.
- Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman yang memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Goldsmith, sebagaimana yang dikutip oleh Aunurrahman (2009)
menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu menumbuhkan suasana dialogis, kesetaraan,
dan tidak arogan atau non defensif serta selalu berupaya mendorong sikap
positif, akan dapat mendorong terjadinya keefektifan proses pembelajaran.
Faktor-faktor
tersebut sebagaimana dikutip Nanang fattah (2001), sebagai berikut :
- Kepribadian (personality). Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalaman yang akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
- Harapan dan perilaku atasan.
- Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
- Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
- Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
- Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, jelas bahwa kesuksesan pemimpin dipengaruhi sejumlah
kondisi. Karena itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadi keharmonisan
dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan.
Di samping
dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk
beprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap-sikap
hubungan manusiawi.
Selanjutnya,
peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto(2007),
antara lain sebagai pelaksana, perencana, ahli dan mewakili kelompok dalam
tindakannya ke luar. Selain itu, pemimpin berperan mengawasi hubungan antar
anggota-anggota kelompok, bertindak sebagai pemberi pujian atau hukuman dan
sebagai wasit dan penengah. M Ngalim Purwanto melanjutkan pemimpin
merupakan lambang dari pada kelompok, pemegang tanggungjawab para anggota
kelompok, sebagai pencipta, bertindak sebagai seorang ayah sekaligus dapat
berperan sebagai kambing hitam.
4. Implikasi
Manajerial Kepemimpinan dalam Organisasi
Organisasi adalah sekumpulan orang
yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Jadi dalam suatu organisasi
mengandaikan adanya pribadi-pribadi yang disebut anggota organisasi.
Keikutsertaan seluruh anggota organisasi dalam penentuan kebijakan dan
pengambilan keputusan suatu organisasi sangatlah penting.
Dalam kaitannya dengan kepuasan
kerja karyawan, Fielder (1967) mengemukakan bahwa kebanyakan studi
organisasi menyimpulkan bahwa para karyawan dalam suatu organisasi lebih
puas di bawah pimpinan yang partisipatif daripada pemimpin
yang non-partisipatif (Reksohadiprodjo dan Handoko, 2001: 291).
Kepemimpinan dan pengambilan
keputusan partisipatif sudah menjadi perhatian dalam penelitian-penelitian
empirik. Yukl (1998: 135) menjelaskan bahwa sejak studi-studi yang
dilakukan oleh Lewin, Lippit, dan White (1939) dan Coch dan French (1948),
para ilmuwan bidang sosial telah berminat untuk mempelajari konsekuensi
dari kepemimpinan partisipatif. Setelah penelitian perilaku yang berorientasi
pada tugas dan penelitian yang berorientasi pada perilaku dan
dukungan, jumlah penelitian mengenai perilaku terbesar adalah mengenai
kepemimpinan partisipatif. Penelitian tersebut telah menggunakan pelbagai
macam metode, termasuk eksperimen di laboratorium, eksperimen lapangan,
studi lapangan yang saling berhubungan, serta studi-studi kasus yang
kualitatif yang menyangkut wawancara dengan para pemimpin yang efektif dan
para bawahan mereka. Kebanyakan studistudi tersebut menyangkut partisipasi
para bawahan, serta kriteria efektivitas pemimpin biasanya adalah kepuasan
dan kinerja para bawahan.
Likert (1976) dalam studi tentang
pola dan gaya kepemimpinan dan manajer selama tiga dasawarsa berkesimpulan
bahwa kepemimpinan partisipatiflah yang paling efektif dalam organisasi
dan manajemen. Likert memandang manajer yang efektif adalah manajer yang
berorientasi pada bawahan yang bergantung pada komunikasi untuk tetap
menjaga agar semua orang bekerja sebagai suatu unit. Semua anggota
kelompok, termasuk manajer atau pemimpin, menerapkan hubungan suportif di
mana mereka saling berbagi kebutuhan, nilai-nilai aspirasi, tujuan, dan harapan
bersama. Pendekatan ini sebagai cara yang paling efektif dalam memimpin
kelompok (Kootz, O ‘Donnell & Weihrich, 1990:152). Gibson, Ivancevioch
& Donnely (1990:135) juga mengemukakan bahwa banyak ahli riset dan
manajer yang percaya bahwa sebagian besar anggota organisasi ingin memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan dan pengambilan
keputusan. Mereka yakin bahwa semakin besarnya partisipsi dalam proses
tersebut akan meningkatkan keikatan kepada organisasi, kepuasan
kerja, pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta sikap menerima perubahan.
Sumber :
sulut.kemenag.go.id/file/file/.../xcjq1363633187.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf
0 komentar:
Posting Komentar